Max Verstappen sempat membuat kejutan besar di GP Sao Paulo 2025. Memulai balapan dari pitlane, ia berhasil memimpin setelah Lando Norris melakukan pit stop kedua. Berikut ini akan ada pembahasan berita seputar sport global menarik lainya di SPORTS NATION.

Namun, Red Bull tahu bahwa posisi puncak itu tidak akan bertahan lama jika tidak mengambil keputusan strategis yang tepat. Ban medium yang digunakan Verstappen mulai mengalami degradasi yang tinggi.
Pada beberapa lap awal setelah memimpin, selisih waktunya dengan Norris terus menyusut. Dari delapan detik menjadi hanya 6,5 detik. Analisis tim menunjukkan bahwa Verstappen akan semakin lambat di lap-lap akhir. Jika dipaksa bertahan tanpa pit stop tambahan, risiko kehilangan posisi lebih banyak akan semakin besar.
AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!
![]()
Karena itu, tim akhirnya memanggil Verstappen masuk pit pada lap 54. Keputusan ini memang membuatnya turun ke posisi keempat, tetapi memberi peluang untuk menyerang dengan ban soft baru yang jauh lebih cepat.
Strategi Red Bull Berbuah Podium
Dengan ban soft, Verstappen langsung kembali menunjukkan kecepatan terbaiknya. Ia menyalip George Russell yang mengalami kendala pada temperatur rem. Setelah itu, ia memburu posisi kedua yang ditempati Andrea Kimi Antonelli.
Meskipun tak mudah mendekati Antonelli, Verstappen tetap mampu mengamankan podium ketiga. Ini menjadi hasil maksimal dari strategi alternatif setelah start sulit dari pitlane. Podium ini juga menunjukkan betapa agresif dan cerdiknya eksekusi strategi Red Bull.
Prinsipal Red Bull, Laurent Mekies, menegaskan keputusan itu sudah tepat. Mereka tidak melihat kemungkinan mempertahankan kemenangan jika tetap dengan ban medium hingga akhir balapan. Menurutnya, degradasi ban akan menghukum Verstappen secara signifikan.
Baca Juga: Neymar di Ujung Karier Timnas? Ancelotti Sudah Kantongi Skuad Brasil untuk Piala Dunia
Analisis: Jika Tetap dengan Ban Medium

Banyak penggemar mempertanyakan kemungkinan Verstappen setidaknya finis kedua tanpa pit stop tambahan. Data lap time menunjukkan hal yang berbeda. Norris berhasil mencatat lap 1:13, sementara Verstappen akan bertahan di 1:14 dan terus melambat.
Jika terus dipaksakan, Verstappen bukan hanya kehilangan peluang podium, tetapi malah bisa turun lebih jauh. Ban medium yang dipakai saat itu dianggap benar-benar sudah habis dan tidak dapat menopang performa hingga garis finis.
Mercedes juga menilai bahwa Antonelli bisa menekan lebih kuat di lima belas lap terakhir. Bahkan sempat ada momen sang rookie melaju lebih cepat dari Norris. Ini memperkuat analisis bahwa Verstappen tidak mungkin menahan serangan duo terdepan.
Persetujuan dari Pesaing dan Catatan Penting
Bos McLaren, Andrea Stella, menegaskan bahwa keputusan Red Bull sangat logis. Degradasi ban di Interlagos terlihat ekstrem dan memaksa semua tim berhitung dengan cermat. Jika Verstappen bertahan di trek tanpa pit stop kedua, hasil akhir bisa jauh lebih buruk.
Red Bull memang diuntungkan dengan ketersediaan ban baru di saat yang tepat. Ini memperlihatkan bagaimana manajemen ban menjadi kunci utama strategi mereka. Soft baru memberi Verstappen peluang terbaik untuk merebut podium.
Pada akhirnya, podium yang didapat bukan hanya berkat kecepatan Verstappen, tetapi juga hasil keputusan strategis yang tepat di waktu yang tepat. Meskipun harus mengorbankan pimpinan balapan, itu adalah pilihan terbaik untuk menjaga hasil maksimal. Red Bull membuktikan lagi bahwa strategi yang matang bisa menentukan nasib balapan. Manfaatkan waktu luang Anda untuk mengekpslor berita seputar sport global menarik lainnya di sportsnation360.com.
